![]() |
Kang Sofyan Lagi Noleh |
Banyak persamaan antara saya dengan Kang Sofyan. Setidaknya kami sama-sama tidak gemuk, hehe. Saya dan Kang Sofyan tinggal di desa yang sama, yaitu di Kelurahan Patrang dan masuk Kecamatan Patrang. Jaraknya dengan rumah Kang Lozz di Balung Lor, sekitar setengah jam perjalanan sepeda motor.
Bersama Kang Sofyan, saya pernah coba melacak sejarah tanah kelahiran kami sendiri. Ya, sejarah Desa Patrang. Dari semua kisah yang saya tahu, semua itu saya ceritakan pada Kang Sofyan. Sebaliknya, dia memberi saya info berharga tentang sejarah Patrang di kawasan RSD Dr. Soebandi Jember.
Kata-kata yang sering muncul dari kami adalah seperti berikut ini. "Nek jare Mbahku ngene.." Artinya, kalau menurut Eyangku ceritanya seperti ini.
Rumah Kang Sofyan berada di seberang rumah sakit Dokter Soebandi, tepatnya di JL. Soebandi No. 271 Jember. Sementara di belakang rumahnya membujur persawahan (yang sekarang tersulap menjadi perumahan). Sebelum menuju persawahan (atau areal perumahan), ada sungai yang oleh kami biasa disebut sungai Bekati. Kata Kang Sofyan, Bekati diambil dari nama seorang perempuan yang dulu pernah tinggal di bibir sungai tersebut. Dia adalah perempuan tanpa anak yang ditinggal kabur suaminya.
Masih di lokasi yang sama. Di sekitar lokasi sungai Bekati, ada sebuah tempat lapang yang ditumbuhi banyak bambu. Biasanya dijadikan taman bermain oleh anak-anak kecil. Nama tempatnya adalah Rangganoan. Nama yang bagus, mengingatkan saya pada film AADC.
Lalu Kang Sofyan mulai bercerita tentang moyangnya.
Kang Sofyan adalah keturunan dari buyut Kaspi'ah. Buyut Kaspi'ah sendiri adalah satu-satunya orang yang dulunya memiliki rumah di sekitar RSD. Dokter Soebandi. Masih tidak ada yang lainnya. Tidak ada rumah sakit, tidak ada SD (sekolah saya, SDN Patrang 1), tidak ada apa-apa selain hamparan tanah gundukan dan pepohonan.
Sejujurnya, saya baru mengenal nama Buyut Kaspi'ah dari Kang Sofyan. Biasanya kalau ada acara tasyakuran 17 Agustusan (di lapangan taman makam pahlawan atau di musholla), para sesepuh di sekitar rumah saya hanya mengirimkan do'a untuk kakek nenek Nurila, atau ke kakek nenek Budeng, atau ke Bujuk Lansia yang makamnya ada di belakang Pasar Patrang. Disinyalir, mereka adalah sang pembabat. Berkat Kang Sofyan, tambah satu nama lagi yang saya tahu, yaitu Buyut Kaspi'ah.
Kemudian serpihan-serpihan masa lampau itu saya rangkai satu persatu. Ibaratnya, saya sedang membuat selimut dari kain perca. Apa saja yang merisaukan hati, pasti akan saya telusuri. Bahkan nama-nama pahlawan lokal juga tak lepas dari penelusuran saya.
Terima kasih ya Kang Sofyan, jangan bosan membantu saya mengumpulkan kisah-kisah sejarah nusantara. Bukan untuk apa-apa. Bukan untuk proyek, bukan pula untuk maksud-maksud yang tidak baik. Ini untuk dikisahkan kembali pada Aldin dan pada seseorang di dalam perut istrimu tercinta.
Jadi nanti kita akan banya stok dongeng. Ada dongeng para Nabi, para sahabat nabi, orang-orang hebat, hingga dongeng tentang Buyut Kaspi'ah, Letkol Moch. Sroedji, Pak Soebandi sang dokter perang, tentang Pramoedya Ananta Tour, tentang Bunda Yati, Bli Arnaya, Bli Astawa, Ami Osar, Pakde Cholik, Mama Calvin, wuih akeh tenan stok dongengnya Kang, hehe.
Penutup
Hari ini Kang Sofyan, anak turun dari Buyut Kaspi'ah, yang masa kecilnya dihabiskan dengan mandi di sungai Bekati dan mengeringkan rambut di Rangganoan (agar tak kentara jika dia habis mandi di kali), yang sekarang setia mengelus-elus perut istri tercintanya, hari ini dia sedang ultah. Selamat merenung ya Kang.
Dan tulisan ini saya tutup dengan kalimat yang sengaja saya copas dari profil blog SofyanDiary. Doa yang terbaik dari kami untuk Kang Sofyan sekeluarga. Salam Lestari!
"Jadikan hidup kamu hari ini lebih baik dari hari kemarin.."