![]() |
Saya dan Mungki |
Ini tentang hari kemarin, 15 Maret 2013, saat saya dan Mungki menghabiskan waktu sejak pukul setengah tujuh malam hingga mentari pagi menyapa. Ya, kami berlama-lama di depan laptop hanya untuk menikmati trilogi film The Lord of the Rings. Saya dan Mungki hanya mengenal jeda untuk ishoma alias istirahat, sholat, dan makan.
Diantara waktu jeda tersebut, sesekali saya melempar tanya pada Mungki. "Lho sam, awakmu ndak ndesain logo tah?" Mungki segera menimpali, "Gak bro, jenuh berkarya thok, hehe."
Sahabat saya ini adalah seorang desainer logo. Karena nonton filmnya menggunakan laptop miliknya, maka dari itu saya bertanya. Takut kalau-kalau dia ada jadual mendesain. Ternyata tidak. Pada saat dia ganti bertanya kepada saya, "Awakmu ndak nulis?" gantian saya yang menggeleng.
Singkat cerita, pada akhirnya kami menikmati film The Lord of the Rings dengan ceria, layaknya anak kecil di kampung saya yang sedang menikmati film DKI Warkop di layar tancap.
Sesekali Prit masuk ke dalam ruang dimana kami menonton, dia sibuk mengontrol kopi yang ada di cangkir besar, apakah masih ada ataukah sudah waktunya dibuatkan lagi. Hmmm, sepertinya Prit sudah baik-baik saja. Saya bisa memastikan itu, karena setiap kali Prit mendekati kami, saya selalu meliriknya.
Bisa jadi, Prit juga berpikiran sama. Dia senang melihat saya bahagia nonton film. Menguap sudah kisah 'harapan yang belum terwujud' di hari sebelumnya, tentang malam-malam beli tespek dan esoknya beli pembalut. Ya, tentang itu..
Kebahagiaan juga terlihat dari pancaran wajah Mungki sahabat saya. Padahal baru 3 Maret 2013 yang lalu dia memboyong anak istri ke Muncar - Banyuwangi (rumah mertua), hanya agar Kenzie si buah hatinya bisa mendapatkan banyak teman. Maklum, di rumah sebelumnya tak ada satupun anak kecil, apalagi yang seusia Kenzie.
Ketika tamasya band sedang punya gawe, setidaknya latihan rutin setiap rabu malam, atau briefing, atau seputar CLBK, Mungki harus meluncur Banyuwangi - Jember menunggang motor CB kesayangannya. Berat memang, tapi dia melaksanakan kata-kata yang pernah diucapkannya.
Ada satu lagi kabar sedih dari Mungki. Dia sendiri mendapatkan kabar itu dari seorang Dokter. Tapi.. semua baik-baik saja, begitu kata Mungki. Tadinya saya sangsi dengan kata 'baik-baik saja' tapi Mungki selalu berhasil melenyapkan kesangsian saya, seperti yang sudah-sudah.
Begitulah artikel saya kali ini. Entah, hendak saya arahkan kemana tulisan ini, saya sendiri tidak tahu. Sebab saya hanya ingin menulis.