Perkenalan saya dengan seorang notaris sekaligus blogger dan penulis buku produktif bernama Mbak Irma Devita dimulai dari tulisan saya di kompasiana, berjudul Letnan Kolonel M. Sroedji. Mbak Irma meninggalkan komentar dalam tulisan tersebut. Begini komentarnya:
Mas RZ hakim, saya sebagai salah seorang cucu almarhum Mbah Kakung Moch Sroedji merasa senang sekali bisa membaca kembali riwayat kakek saya dari penuturan mas. Ada sedikit koreksi pada ejaan nama ibu saya. Bukan Poedji ejeki Irawati, tapi Pudji Redjeki Irawati hehe..
Anyway, saya berTerimakasih mas sudah mau repot-repot menulis ulang sejarah kakek saya ^_^ jazakallah
- Irma Devita -
Tidak berhenti sampai di sana, komentar bertanggal 29 Desember 2012 itu bersambung dengan kopdar pada tanggal 15 Februari 2013. Alhamdulillah.
Ohya, saya masih belum bercerita tentang siapa itu Letnan Kolonel M. Sroedji. Beliau adalah pejuang negeri ini di masa pra dan paska kemerdekaan (teristimewa di Agresi Militer II Belanda). Nama beliau diabadikan sebagai nama sebuah jalan di kota kecil Jember. Juga, tepat di tengah pelataran PEMKAB Jember, patung Bapak Sroedji berdiri dengan gagahnya.
Mbak Irma tidak sendirian datang ke Jember, melainkan bersama keluarga yang lain. Akan saya sebutkan satu persatu.
1. Ibu Sudi Astuti (putri ketiga dari pasangan Bapak Moch. Sroedji dan Hj. Mas Roro Rukmini)
2. Ibu Pudji Redjeki Irawati. Beliau adalah putri keempat atau bungsu, sekaligus Ibunda dari Mbak Irma Devita.
3. Mas Widi (Arief Widyasasmito), cucu Pak Sroedji dari Almarhum putra pertamanya yaitu Bapak Drs. H. Sucahjo. Putra kedua Pak Sroedji juga sudah meninggal dunia, yaitu Bapak Drs. H Supomo.
4. Khalida Rachmawati, yang paling imut sendiri, hehe.. Ya, si cantik ini adalah putri dari Mbak Irma Devita alias cicit Pak Sroedji.
5. Bapaknya Mbak Irma Devita. Maaf, saya lupa namanya. Yang saya ingat, beliau adalah pensiunan Angkatan Laut.
6. Yang terakhir adalah Mbak Irma Devita.
Nah, itu dia rombongan keluarga besar Sroedji yang datang jauh-jauh dari Jakarta menuju Jember dengan mengusung dua agenda. Napak tilas dan silaturrahmi. Sangat membahagiakan bisa menemani keluarga pejuang untuk napak tilas.
Foto di atas (yang ada gambar saya) diambil sewaktu kita ada di Monumen Karang Kedawung - Jember, lokasi terjadinya pertempuran antara pasukan Brigade III Damarwoelan Divisi I T.N.I. Jawa Timur melawan pihak Belanda. Di sinilah lokasi gugurnya Letnan Kolonel Moch. Sroedji (dan juga Dr. Soebandi, yang namanya diabadikan sebagai nama RSD Jember). Itu terjadi pada 8 Februari 1949.
Rentetan napak tilas tersebut didokumentasikan oleh kawan-kawan Panaongan Gambar-Gerak, sebuah komunitas indie film yang kebetulan markas proses kreatifnya bertempat di rumah saya. Dikoordinatori oleh seorang blogger Jember bernama Mas Donny Dellyar Noor.
Hmmm, ceritanya sudah panjang tapi saya masih belum ngomongin soal sup cream asparagus. Padahal sudah saya jadikan judul tulisan ini, heee..
Jadi begini, waktu itu kita berkali-kali makan bersama. Beberapa kali di Resto & Cafe Hotel Royal, dan satu kali di RM Bu Lani (rumah makan persis di depan rumah saya, dan itu pertama kalinya saya makan di sana, haha..). Syukurlah sebelumnya saya sudah punya pengalaman masuk hotel royal, saat dulu menemani Pakde Cholik Komandan Blogcamp, jadi sudah terlatih mengatasi grogi.
Nah, ketika makan di resto royal itulah, saya penasaran dengan sup cream asparagus. Hasilnya? Ketika pertama kali mau nyentong sup asparagus, saya malu soalnya waktu itu ada Bapaknya Mbak Irma berdiri di dekat periuk berisi sup tersebut. Yang kedua, semua pada antri ambil sup asparagus, saya jadi malas dan mengambil yang lain. Kesempatan terakhir, sup asparagusnya habis :(
Daaaan.. Hari ini istri tercinta membuatkan saya menu spesial. Ya, sup asparagus. Rasanya pemirsa, maknyooos...! Apalagi di tambah dengan sup swiwi alias sayap ayam, semakin essip. Ai elof Yu... Jember.
Mas RZ hakim, saya sebagai salah seorang cucu almarhum Mbah Kakung Moch Sroedji merasa senang sekali bisa membaca kembali riwayat kakek saya dari penuturan mas. Ada sedikit koreksi pada ejaan nama ibu saya. Bukan Poedji ejeki Irawati, tapi Pudji Redjeki Irawati hehe..
Anyway, saya berTerimakasih mas sudah mau repot-repot menulis ulang sejarah kakek saya ^_^ jazakallah
- Irma Devita -
Tidak berhenti sampai di sana, komentar bertanggal 29 Desember 2012 itu bersambung dengan kopdar pada tanggal 15 Februari 2013. Alhamdulillah.
Ohya, saya masih belum bercerita tentang siapa itu Letnan Kolonel M. Sroedji. Beliau adalah pejuang negeri ini di masa pra dan paska kemerdekaan (teristimewa di Agresi Militer II Belanda). Nama beliau diabadikan sebagai nama sebuah jalan di kota kecil Jember. Juga, tepat di tengah pelataran PEMKAB Jember, patung Bapak Sroedji berdiri dengan gagahnya.
![]() |
Blogger-blogger muda Jember yang turut menemani napak tilas |
Mbak Irma tidak sendirian datang ke Jember, melainkan bersama keluarga yang lain. Akan saya sebutkan satu persatu.
1. Ibu Sudi Astuti (putri ketiga dari pasangan Bapak Moch. Sroedji dan Hj. Mas Roro Rukmini)
2. Ibu Pudji Redjeki Irawati. Beliau adalah putri keempat atau bungsu, sekaligus Ibunda dari Mbak Irma Devita.
3. Mas Widi (Arief Widyasasmito), cucu Pak Sroedji dari Almarhum putra pertamanya yaitu Bapak Drs. H. Sucahjo. Putra kedua Pak Sroedji juga sudah meninggal dunia, yaitu Bapak Drs. H Supomo.
4. Khalida Rachmawati, yang paling imut sendiri, hehe.. Ya, si cantik ini adalah putri dari Mbak Irma Devita alias cicit Pak Sroedji.
5. Bapaknya Mbak Irma Devita. Maaf, saya lupa namanya. Yang saya ingat, beliau adalah pensiunan Angkatan Laut.
6. Yang terakhir adalah Mbak Irma Devita.
Nah, itu dia rombongan keluarga besar Sroedji yang datang jauh-jauh dari Jakarta menuju Jember dengan mengusung dua agenda. Napak tilas dan silaturrahmi. Sangat membahagiakan bisa menemani keluarga pejuang untuk napak tilas.
![]() |
Kedua Putri Bapak Sroedji di bawah (sisi belakang) Patung Ayahandanya |
![]() |
Menemani keluarga Sroedji napak tilas di beberapa titik. |
Foto di atas (yang ada gambar saya) diambil sewaktu kita ada di Monumen Karang Kedawung - Jember, lokasi terjadinya pertempuran antara pasukan Brigade III Damarwoelan Divisi I T.N.I. Jawa Timur melawan pihak Belanda. Di sinilah lokasi gugurnya Letnan Kolonel Moch. Sroedji (dan juga Dr. Soebandi, yang namanya diabadikan sebagai nama RSD Jember). Itu terjadi pada 8 Februari 1949.
Rentetan napak tilas tersebut didokumentasikan oleh kawan-kawan Panaongan Gambar-Gerak, sebuah komunitas indie film yang kebetulan markas proses kreatifnya bertempat di rumah saya. Dikoordinatori oleh seorang blogger Jember bernama Mas Donny Dellyar Noor.
![]() |
Bersama kawan-kawan Panaongan Gambar-Gerak |
Hmmm, ceritanya sudah panjang tapi saya masih belum ngomongin soal sup cream asparagus. Padahal sudah saya jadikan judul tulisan ini, heee..
Jadi begini, waktu itu kita berkali-kali makan bersama. Beberapa kali di Resto & Cafe Hotel Royal, dan satu kali di RM Bu Lani (rumah makan persis di depan rumah saya, dan itu pertama kalinya saya makan di sana, haha..). Syukurlah sebelumnya saya sudah punya pengalaman masuk hotel royal, saat dulu menemani Pakde Cholik Komandan Blogcamp, jadi sudah terlatih mengatasi grogi.
![]() |
Memotret Pakde Cholik dari jauh |
Nah, ketika makan di resto royal itulah, saya penasaran dengan sup cream asparagus. Hasilnya? Ketika pertama kali mau nyentong sup asparagus, saya malu soalnya waktu itu ada Bapaknya Mbak Irma berdiri di dekat periuk berisi sup tersebut. Yang kedua, semua pada antri ambil sup asparagus, saya jadi malas dan mengambil yang lain. Kesempatan terakhir, sup asparagusnya habis :(
![]() |
Sup Asparagus versi Prit apikecil |
Daaaan.. Hari ini istri tercinta membuatkan saya menu spesial. Ya, sup asparagus. Rasanya pemirsa, maknyooos...! Apalagi di tambah dengan sup swiwi alias sayap ayam, semakin essip. Ai elof Yu... Jember.