Quantcast
Channel: acacicu
Viewing all 205 articles
Browse latest View live

Maaf Aku Sudah Tobat

$
0
0
Ini tentang suatu hari menjelang lebaran, di detik-detik terakhir jualan takjil kemarin (antara tanggal 15 - 16 Agustus 2012). Saya mengendarai sepeda motor pelan sekali. Karena memang kondisinya mengharuskan saya untuk mengendara pelan. Sebabnya, saya membonceng Prit yang sedang membawa termos es, nampan, dan beberapa tetek bengek peralatan jual takjil.

Ketika sampai di pertigaan Mastrib - Jember, ada sebuah truk menyalip motor yang saya kendarai. Itu membuat konsentrasi mengemudi saya menurun. Semua energi saya kerahkan pada mata, demi memelototi tulisan yang ada di bawah bak belakang truk. Detik selanjutnya, saya menambah kecepatan motor. Prit protes, tapi saya sudah terlanjur mengambil keputusan. Saya ingin melihat tulisan tersebut dengan lebih jelas.

Meski kepontal-pontal, usaha saya tidak sia-sia. Di pertigaan lampu merah Rumah Sakit Dr. Soebandi, dewi fortuna (entah siapakah sebenarnya si dewi ini) berpihak pada saya. Sekarang saya bisa membaca tulisan tersebut dengan sangat-sangat jelas.

Saya memiliki 23 detik untuk mengeluarkan ponsel *okia di saku jaket gore-tack yang saya kenakan, untuk kemudian mengambil ancang-ancang, dan.. jepret...! Itu yang saya inginkan. Dan syukurlah, saya bisa melakukannya dengan setenang mungkin. Waktunya juga pas. Pas selesai mengambil gambar, lampu berubah warna menjadi hijau.

Dari spion motor sebelah kanan bisa saya lihat bagaimana Prit menggelengkan kepalanya. Hehe, maaf ya Prit.

Meski hanya dengan menggunakan kamera ponsel 2.0 mega pixel, tapi saya bahagia telah berhasil mendapatkan foto tersebut. Dan inilah hasil perjuangan saya, tanpa edit.

Maaf Aku Sudah Tobat


Mohon Maaf Lahir dan Bathin


Dirgahayu Pakde Cholik

$
0
0
Pada saat menuliskan ini, saya sedang ada di sebuah kamar yang besar, di kediaman rumah Pak De Cholik, Jombang. Rumah yang berdampingan dengan usaha kolam renang ini tampak begitu asri. Apalagi saya dan Prit datang pukul lima sore. Srengenge senja membuat halaman rumah yang di sebelah kanannya ada mushollanya tersebut tampak lebih cantik.

"Ya Mas, mau cari siapa?", kata seorang lelaki seusia Mas Insan Rabbani (atau lebih muda lagi). Ternyata dia adalah Bapaknya Briga, cucu Pakde yang suka menemani Pakde jalan-jalan di hari minggu.

Lalu begitulah. Keramahan terbentuk dengan sendirinya. Mula-mula Bu De yang nyamperin kita, baru kemudian Pakde. Saya dan Prit langsung dipersilahkan menuju ruang BlogCamp sektor Jombang, hehe.

Terdengar adzan maghrib. Pakde memberi saya sarung pinjaman. Sebenarnya saya juga bawa sarung (sarung pemberian Kak Julie dulu), tapi ada di jok sepeda. Prosesnya masih lama. Saya dan Prit masih ada di dalam kamar (tempat saya dan Prit ngaso). Mandi, ganti baju, dan beberapa hal kecil lainnya, baru kemudian menuju ke musholla, di pelataran rumah Pakde.

Setelah shalat maghrib, acara dilanjutkan dengan tahlil, baru kemudian doa. Ada seorang Bapak sepuh yang membacakan doa khusus untuk mensyukuri 62 tahun usia Pakde Cholik. Acara inti adalah membuka tumpeng, ambil posisi, lalu tancap gas. Bahagianya bisa ada di acara yang menyejukkan hati. Sayang, sewaktu acara inti, jamaah perempuan sudah pada keluar musholla. Jadi saya tidak makan bareng Prit.

Ketika kami berkumpul di ruang blogcamp sektor Jombang, terpaksa saya makan lagi. Menemani Prit.  Hmmm, padahal pada pukul setengah lima sore tadi saya berhenti di sebuah toko yang tutup (tiga kilometer dari rumah Pakde), membuka bontot nasi dan makan. Tapi anehnya, ketiga-tiganya memiliki kadar kenikmatan yang maknyuss.

Sahabat blogger, fotonya nyusul yaaa. Nunggu sesampainya saya di Jember. Atau nunggu Pakde upload semuanya. Ini ada satu foto, saya ambil dari facebook Pakde.

Di Ruang BlogCamp Sektor Jombang


Tulisan ini belum selesai. Masih banyak cerita yang belum saya tuntaskan. Tapi nantilah, saya sempurnakan di kolom komentar. Sekarang malam Jum'at, waktunya istirahat. Teristimewa buat Pakde Cholik, selamat hari lahir ya Pakde.

Tinggal di Desa dan Tua Bersama

$
0
0
Segala yang kau dan aku impikan, semuanya ada di sini. Tentang konsep hidup "tinggal di desa dan tua bersama", itu juga terpampang gamblang di sini, di desa Sumberagung Kecamatan Megaluh, Jombang.

Pakde Cholik dan Bu De Ipung, mereka adalah sepasang kekasih yang seperti tak ingin berhenti menebarkan inspirasi, ibaratnya petani yang sedang menebarkan biji-bijian.

Dimasa tua nanti, aku ingin menikmati pagi dengan secangkir kopi buatanmu, dan sesekali memandang halaman belakang rumah kita. Itu adalah satu diantara beberapa hal sederhana yang ingin aku lakukan, sekiranya Tuhan mengijinkan. Dan kemarin Pakde melakukannya.

Pakde dan pagi hari


Dengan sarungnya yang coklat kotak-kotak, dan dengan tangan kanannya yang malang kerik, Pakde seperti sedang menyusuri perjalanan hidupnya di sehampar pelataran belakang rumah yang berhimpit dengan kolam renang.

Menikmati masa tua bersama orang-orang tercinta, adakah yang lebih indah dari itu?

Menjadikan rumah sebagai persinggahan bagi para pejalan, sanak saudara, teman, dan siapapun yang ingin bernaung barang sejenak, bukankah itu menyejukkan hati? Dan Pakde mencontohkannya kepada kita. Bahkan kisah tentang mangku langgar, itu benar adanya.

Pegang erat tanganku, akan kuajak engkau melangkah melewati setapak yang kiri kanannya berpagar tanaman. Kau dan aku, mari kita menuju ke sebuah rumah mungil di pinggiran kota kecil Jember.

Tamasya di Bulan September

$
0
0
Sudah bulan September. Jadi ingat saat-saat ketika dulu Ibuk menyenandungkan lagu september cerianya Vina Panduwinata..

Kemarin saya mengisi bulan Agustus dengan segala hal yang menyenangkan. Dan di bulan ini saya juga masih ingin melakukan hal yang sama. Menjadi lebih bermanfaat dan sekaligus bersenang-senang.

Memang, hidup bukan hanya tentang bersenang-senang. Sesekali menikmati sedih, kehilangan, rasa sakit, dan beberapa hal menyebalkan lainnya. Tapi itu semua adalah bagian dari anak tangga kehidupan, kita harus melewatinya. Setidaknya kita harus tahu, itu semua adalah proses menuju bahagia.

Walah, saya ini lagi nulis apa ya?

Oke, kembali ke bulan September.

Tadi siang saya mengantar Prit ke 'aktifitas' barunya. Sementara dia mengurusi gono gini, saya merapat di kantin. Sangat menyenangkan menikmati segelas kopi di depan sekretariat MAPALA, saya jadi merasa tidak terasing.


Sorenya, saya dan Prit menyempatkan diri untuk singgah di sekretariat SWAPENKA tercinta. Ternyata sepi. Akhirnya saya putuskan untuk menyiram bunga, bersih-bersih, dan membuat perapian. Mumpung sepi.


Saat malam, kawan-kawan tamasya pada kumpul di rumah, ngopi plus briefing. Kami membicarakan banyak hal seputar kegiatan tamasya band.

Akhirnya disepakati tentang tiga hal. Bertamasya ke Ranu Kumbolo pada 14 - 16 September, bikin acara tasyakuran 5 tahun tamasya, tepat pada 23 September 2012 (bertempat di kedai gubug), dan membuat anniversary tanggal 29 September, bersama sebuah band komedi bernama Tape Ketan.Acara tersebut bertempat di pelataran parkir Gedung Soetardjo Universitas Jember.

Eh ada satu lagi ding. Kami mulai bersiap-siap membuat album indie. Kali ini album yang keempat, dan rencananya masih akan diedarkan antar teman. Doakan semoga menjadi sebuah manfaat.


Saya mengawali bulan september dengan segala hal yang menyenangkan. Semoga begitu juga dengan anda. Selamat berkarya dan bergembira.

Teringat Slalu

$
0
0
Saya sedang ingin menyemarakkan Monilando's First Giveaway. Dan yang hendak saya ceritakan adalah tentang Almarhum Ibu saya. Mohon maaf jika tulisan kali ini panjang. Saya sudah berusaha keras menyingkatnya tapi tidak berhasil.

Antara Saya, Ibu, dan Tamasya Band

Diantara setumpuk kenangan manis antara saya dan Ibu, ada dua hal fenomenal yang ingin saya tuliskan. Pertama, Ibu ingin melihat anak bungsunya perform di atas pentas, dan saya selalu menolaknya. Kedua, ada satu hal dalam hidup ini yang selalu Ibu takuti, tidak lain adalah jarum infus.

Pernah pada suatu siang di tahun 2007, Ibu (berdua dengan Kakak perempuan saya) naik becak menuju GET-Net. Saat itu Prit masih bekerja sebagai operator di warnet tersebut. Tujuannya hanya satu, membuka youtube dengan kata kunci tamasya band.

Sampai pada waktu yang sangat lama, saya tidak tahu menahu tentang hal itu. Ibu, Kakak, dan Prit benar-benar menjaga rahasia tersebut layaknya keluarga mafia. Lagipula saya jarang pulang ke rumah. Jadi, potensi saya untuk mengetahui hal tersebut sangat kecil.

Pertengahan tahun 2007 dan seterusnya, kondisi kesehatan Ibu memburuk. Beliau terserang stroke. Kondisi semakin parah manakala Ibu terjatuh di kamar mandi, sekitar akhir tahun 2007.

Di awal tahun 2008, saat di rumah hanya ada saya dan Ibu, dengan gerakan yang sangat lambat dan dipaksakan, Ibu membuatkan saya kopi. Beberapa saat kemudian, saya dan Ibu sudah ada di suasana yang romantis.
Ibu bertanya, kenapa saya selalu menolak saat Ibu ingin melihat saya tampil bernyanyi? Lalu saya menjawabnya. Saya tidak yakin bisa bernyanyi dengan lancar ketika ada terlihat Ibu diantara para penonton. Lha wong ndak ditonton Ibu saja, penampilan saya selalu kacau.

Hal-hal memalukan seperti lupa lirik, mulut yang 'kejadhug' mic, kaki yang terlilit kabel, sebentar-sebentar ke kamar mandi beberapa menit sebelum tamasya band tampil, itu sering saya alami. Bagaimana bila Ibu menonton? Saya takut akan ada hal-hal yang lebih memalukan lagi yang akan saya alami.

Ibu tersenyum ketika mendengar celoteh lelaki kecilnya. Memang, semenjak terserang stroke, Ibu tidak pernah lagi bisa tertawa lepas. Senyum adalah hal terindah yang bisa saya nikmati.

Suasana romantis masih berlanjut, saya masih berkisah seputar tamasya band. Saya katakan pada Ibu, tamasya adalah sebuah band indie. Lebih sering bernyanyi di panggung-panggung kecil, dan ditonton teman sendiri.

Tamasya Band lebih senang bernyanyi di space panggung buatan sendiri. Mandiri. Kadang memanfaatkan ruang kecil seperti sebuah aula. Yang nonton lebih sering merapat ke depan, berbaur bersama para personel tamasya. Di suasana yang seperti itu, bagaimana mungkin Ibu bisa menonton dengan nyaman?

Saat Tamasya Band Bernyanyi



Lagi-lagi Ibu menyunggingkan senyumnya. Sepertinya Ibu tahu, saya hanya sedang berusaha keras mencari-cari alasan. Suasana yang tadinya romantis mendadak berganti sunyi. Ibu terlelap.

Suasana di rumah masihlah sepi. Saya duduk di sampingnya, menyanyikan sebuah lagu milik Tetty Kadi yang berjudul 'teringat slalu'. Itu adalah satu dari beberapa lagu kesayangannya. Dan selama Ibu sakit, hanya sepenggal itu saja kisah romantis antara saya dan Ibu.

Mei 2008

Dimulai pada Rabu malam, 21 Mei 2008. Saya sedang tidak di rumah, melainkan sedang bersenang-senang diantara kawan-kawan. Sebentar-sebentar terkekeh. Sesekali saya meraih gitar bolong dan menyanyikan sebuah lagu. Kawan-kawan turut bernyanyi. Itu berlangsung hingga larut malam.

Kemudian saya terhanyut dalam mimpi.

Hari masih terlalu pagi ketika ada seseorang yang membangunkan saya (saat itu saya sedang tidur di sekretariat pencinta alam). Manakala kedua mata ini terbuka, Kakak perempuan saya sudah ada tepat di hadapan saya. Kedua matanya sembab. Dia menyampaikan kabar yang sama sekali tidak ingin saya dengar.

Sebuah kata bernama 'sakit' mengantarkan Ibu berbaring di atas sprai putih lantai dua RSUD DR. Soebandi Jember. Tepatnya di ruang stroke. Saya baru sampai di sana pukul 05. 30 pagi.

Ibu sedang koma..

Saya hanya bisa melihatnya dari kaca bening yang tirainya sengaja dibuka oleh pihak rumah sakit, karena pagi itu Ibu memang belum bisa ditengok. Ah, ternyata Ibu sedang berdekapan dengan segala hal yang dibencinya. Jarum, selang infus, monitor, dan semuanya yang berbau rumah sakit.

Saya baru bisa masuk ruang stroke pada siang harinya. Dengan menggunakan baju pasien, saya melangkah mendekati ranjang Ibu. Mata saya terbelalak saat melewati ranjang pertama. Di atas ranjang tersebut, ada seorang pasien laki-laki paruh baya. Kedua tangan dan kakinya diikat oleh semacam tali pramuka. Ternyata ada masalah dengan syarafnya. Ada kalanya dia tidak bisa mengendalikan diri sendiri, itulah alasan kenapa dia diikat.

Langkah saya menuju ranjang Ibu dihentikan oleh seorang dokter muda. Wajahnya manis dan dia terlihat ramah. Sayang sekali, ucapannya menyebalkan.

Dia bertanya apakah saya bisa mengaji? Saya katakan, ya saya bisa. Lalu dituntunnya saya menuju tempat wudhu, kemudian tangannya menunjuk ke sebuah rak dimana sudah disediakan Al Quran di sana. Inilah yang saya maksud dengan menyebalkan. Tapi mau bagaimana lagi? Dibantah seperti apapun, saran Dokter itu tetap benar adanya. Tidak ada yang salah dengan ajakan mengaji. Hanya saja, saya memiliki firasat yang buruk tentang ini.

Tiga hari sudah saya berada di rumah sakit, dan selama itu pula Ibu koma.

Sementara di luar sana, orang-orang sedang diresahkan oleh kenaikan harga BBM. Ibu Sri Mulyani (Menteri Keuangan waktu itu) mengatakan bahwa harga BBM bersubsidi rata rata naik 28,7 persen. Satu liter bensin menjadi 6500 rupiah. Saya pernah menuliskannya di sini.

Ramai, kacau, gerah, tapi saya tidak peduli dengan itu. Ada sesuatu yang lebih saya pedulikan. Ya, tentang Ibu saya. Saya hanya ingin diberi kesempatan untuk mengajak Ibu menonton Tamasya Band.

Sabtu sore, 24 Mei 2008

Terkadang, hidup tak berjalan sesuai yang kita inginkan. Itu adalah kalimat pembuka dari Monilando's First Giveaway, dan memang seperti itulah hidup. Ibu meninggal dunia di saat Indonesia sedang demam. Anggun, tidak sepanas suasana di luar sana. Ibu bahkan tidak sempat melihat jarum, selang infus, dan segala hal yang mengitarinya.

Di waktu yang lain, Prit bercerita tentang perjalanan Ibu. Naik becak dari rumah menuju GET-Net hanya untuk melihat penampilan tamasya band di youtube. Ah..

Tidak ada rasa sesal yang hadir di depan. Ya saya percaya itu. Bapak mertua saya pernah berkata, dibalik satu musibah pasti akan ada dua kemudahan / hikmah. Saya juga sangat percaya.

Semenjak Ibu pergi, saya mulai membenahi banyak hal, terutama tentang hubungan saya dengan Tuhan. Ini memalukan untuk dituliskan di blog, tapi itulah yang terjadi. Hingga hari ini, saya kembali belajar mengaji dengan benar. Sesuatu yang tadinya jauh dari gaya hidup saya.

Penutup

Jika dihitung dari kelahiran nama band, pada 23 September 2012 nanti, tamasya band genap berusia 5 tahun. Akan saya nyanyikan sebuah lagu untuk Ibu. Entah lagu apa, mungkin lagu milik Tetty Kadi, Teringat Slalu.

Lirik Lagu Teringat Slalu :

Teringat Slalu By Tetty Kadi

Teringat pada suatu waktu
Ku berjalan-jalan di muka rumahmu
Rasa berdebar dalam hatiku
Ingin lekas lalu

Apa daya sejak saat itu
Nurani terganggu di setiap waktu
Teringat selalu pada senyummu
Ingin ku bertemu

Reff

Sekilas nampaklah engkau dibalik pintu
Tersenyum dikau menusuk hatiku


Kawan, bersegeralah memeluk orang tua kita selagi masih ada waktu..


"Tulisan ini diikutsertakan padaMonilando’s First Giveaway"

5 Tips Agar Blog Anda Populer

$
0
0
Memiliki blog yang populer dan dikunjungi oleh banyak orang adalah impian kita semua. Bagaimana caranya? Apakah bisa? Apakah ada trik khusus untuk mempopulerkan blog? Tentu saja bisa. Selama kita mau mencobanya, segalanya akan terlihat menjadi mungkin. Selalu ada jalan bagi mereka yang berusaha.

Ini dia rahasianya.

5 Tips Agar Blog Anda Populer :

1. Belilah kembang api (atau bikin sendiri) yang jika disulut bisa menimbulkankan efek bunga-bunga api di udara, dimana percikan kembang api itu bisa membentuk sebuah tulisan berupa nama blog anda. Misalnya, www.deyfikri.com.

2. Buatlah sebuah banner atau kain seukuran bendera, yang ditengahnya tertulis nama blog anda. Ketika ada HELIKOPTER parkir, 'cantolkan' kain itu pada helikopter hingga menjadi seperti contoh gambar di bawah ini.

Gambar Helikopter :

acacicu spoiler

- Gambar didapat dari google -
3. Di sebuah postingan, saya pernah menulis artikel berjudul, Latah adalah budaya paling Indonesia. Sekarang mari kita memandang latah dari sisi yang berbeda. Maksud saya, kalaupun harus latah, kenapa tidak kita sebutkan nama blog kita saja?

4. Memasang alamat blog di papan reklame itu biasa. Ada yang lebih keren dari itu, yaitu menuliskan URL blog kita pada gerbang perbatasan kota.

Gerbang Blogger :
gerbang spoiler

Gerbang Kota Jember dari arah Kabupaten Bondowoso. Diedit dengan menggunakan paint net dan photoscape. Dan inilah hasilnya, kacau :)
5. Silahkan anda lanjutkan sendiri di kolom komentar, tentang tips dan trik agar blog menjadi populer. Komentar bebas, seliar-liarnya ide dari yang bisa anda pikirkan.

Komentar-Komentar Cinta

$
0
0
Saya meninggalkan blog acacicu dengan artikel berjudul 5 tips agar blog anda populer. Kemudian saya segera berkemas, esoknya meluncur pulang ke rumah Tuban.

Ketika kemarin saya membukanya, wew.. ternyata banyak komentar yang masuk. Terima kasiiiih.. Mohon maaf atas segala kengawuran saya di tips trik blogging tersebut, hehe..

Terus terang, saya terpingkal membaca komentar-komentar yang masuk. Lucu, cerdas, segar dan sangat bersahabat. Tak heran bila banyak orang yang melanjutkan kisah persahabatannya, dari maya ke nyata.

Perihal Komentar

Komentar bersifat melengkapi tulisan. Dia juga cerminan dari komentatornya. Hebatnya, jarang ada orang usil yang senang meng-copas komentar. Jadi, benar-benar orisinil dan spontan. Terlebih jika itu adalah komentar OOT, tak mungkinlah ada yang copas.

Dan saat ini, tiba-tiba saya ingin mengucapkan terima kasih atas jalinan persahabatan yang cantik.

Ohya, sedikit lagi..

Buat sahabat blogger yang terlahir di bulan September, selamat hari lahiiir...

Happy Ultah :

blogger september

Buat Ami Osar, Mama Cal-Vin dan Mbak Susindra.. Selamat Hari Lahir yaaa...


Eh, siapa lagi ya yang ultah di bulan September? Ohya ding, si Mput Putri Rizkia, kemarin ultah di 4 September. Hepi Ultah ya Mput. Teruslah meloncat lebih tinggi.

Ada yang ingin mengucapkan komentar-komentar cinta pada mereka? Mari berkomentar cinta di sini.

Dua Tahun Acacicu

$
0
0
Untuk banyak hal, saya senang memulai sesuatu pada bulan September. Misalnya, ketika saya harus melamar Mbak Pipit | apikecil, itu terjadi pada 10 September 2011, hehe.

Hari jadi tamasya band juga ada di bulan September, tepatnya pada 23 September 2007. Ya benar, beberapa hari lagi keluarga tamasya band genap berusia 5 tahun. Dan itu menjadi alasan kenapa beberapa waktu terakhir saya jarang mengunjungi blog.

Saya dan kawan-kawan (tamasya) memiliki satu dua agenda, ada beberapa hal yang harus kami persiapkan. Jadi, untuk sementara acacicu akan sedikit terbengkalai.

Sangat menyedihkan jika harus berlama-lama meninggalkan blog, apalagi di saat acacicu sedang ada di bulan kelahirannya. Hei.. Saya lupa bercerita. Blog ini juga saya mulai di bulan September, dua tahun yang lalu. Alhamdulillah.

Sahabat blogger, saya tidak akan pernah bosan untuk mengucapkan terimakasih atas persahabatan yang indah ini. Salam Lestari...!


Sepatu Warrior

$
0
0
Saya tidak memiliki banyak waktu untuk posting. Tapi ketika hari ini saya membuka blog acacicu tersayang, eh ternyata ada PR dari Cheila. PR itu berupa sebelas pertanyaan. Hmmm, saya suka yang serba sebelas, dan saya akan menjawabnya dengan riang.

Sekolah, Guru, Auditori, Sepatu, Daniel, Pancasila, Gingsul, Bapak, Midnight, Bunda, Cheila. Itu dia pertanyaannya. Oke Cheila, akan saya jawab secara acak. Dimulai dari pertanyaan ke sebelas.

1. Cheila itu pemilik blog Si Guru Kecil yang memberikan sebelas pertanyaan (dalam episode The Pink Award) ini pada saya. Wajahnya manis dan sepertinya gingsul, hehe.

2. Gingsul itu saya, Niar, Cheila, dan Bapak saya sendiri.

3. Bapak itu pria yang keren. Saya pernah mengukir gurat wajahnya di sebuah lirik lagu berjudul Untuk Bapak. Ini cuplikannya, "Bapak lihatlah bintang di langit yang hitam, aku juga ingin begitu.." Terhitung dalam waktu yang sangat panjang, Bapak adalah guru bagi saya.

4. Guru itu bernama Ibu Reni, perempuan cantik yang mengajari saya huruf i di hari pertama sekolah, di SD Patrang I.

5. Sekolah itu sebuah tempat yang kadang terasa sangat menyebalkan. Di hari yang lain, kita akan merindukan suasananya. Pada saat SMA, saya memiliki banyak sahabat, diantaranya bernama Daniel.

6. Daniel itu aneh. Hobinya cari ular di sungai belakang gedung SMA Arjasa - Jember. Tapi dia hanyalah satu dari sekumpulan bocah-bocah aneh berseragam putih abu-abu. Bicara tentang keanehan masa SMA, saya ada sedikit masalah dengan yang namanya sepatu.

7. Sepatu yang saya kenakan saat SMA adalah sepatu milik Bapak dari Bapak saya. Terbuat dari kulit sapi dan ada 'janggel-nya'. Keren. Tapi itu menurut saya. Ketika saya naik kelas dua SMA, teman-teman satu kelas membelikan saya sepatu merk warrior sebagai kado di hari lahir saya. Ah, indahnya. Saya masih ingat, si warrior tak lepas dari kaki saya hingga tengah malam.

8. Midnight itu ketika kau hidup di kota kecil dan ingin menonton film di bioskop dengan harga yang murah. Percayalah, kau akan butuh midnight show. Kau hanya harus pandai menyelinap masuk ke dalam kamar (di hari yang sudah larut) dan jangan sampai terpergok Ibumu.

9. Bunda itu my auditori.

10. Auditori itu saya, karena memori saya lebih hebat dalam mengingat sesuatu dengan cara mendengar daripada membaca. Ketika saya disuruh menghapalkan Pancasila, maka saya akan berjuang keras menghapalkannya. Tapi di suatu hari, seseorang bercerita tentang Pancasila dari sisi yang lain. Dia seperti sedang mendongengkan kisah-kisah heroik. Setelah itu, saya tidak butuh menghapalkannya, karena saya sudah paham.

11. Pancasila itu keren.

Cheila, PR - nya sudah saya kerjakan dengan riang. Makasih ya...

Sahabat blogger sayang, sebentar lagi saya akan ada di sebuah tempat tanpa sinyal dan tanpa koneksi internet, hingga tiga hari ke depan. Jadi mohon maaf semisal ada komentar, saya tidak bisa langsung membalasnya.

Ohya, saya tertarik dengan poin nomor tujuh. SEPATU. Kira-kira, apa anda masih ingat jenis sepatu yang anda kenakan saat sekolah dulu? Adakah yang memiliki kenangan dengan sepatu merk warrior? Mari kita berbagi penggalan kenangan di sini. Salam Lestari..!

Feri Nafaro Sang Kamituwo Desa Sukamade

$
0
0

Hari ini saya update status (disertai foto di atas) yang panjang sekali. Berkisah tentang seorang sahabat bernama Feri Nafaro. Saya mengenalnya ketika kami sama-sama sekolah di SMA Arjasa - Jember.

Begini ceritanya.

Di waktu SMA, Feri dua kali mengajak saya (dan teman-teman yang lain) untuk berkunjung ke rumahnya, di ujung timur pulau Jawa. Tepatnya di sebuah tempat bernama SUKAMADE, masuk Kabupaten Banyuwangi. Jaraknya dari Jember tidak sangat jauh, sekitar 127 km. Yang membuatnya terlihat jauh adalah 15 km terakhir menuju Sukamade. Jalannya berbatu, dengan kontur yang curam lagi berkelok.

Itu adalah kali pertama saya memegang punggung penyu.

Di kesempatan yang lain, saya dan Feri berebut untuk saling menunggangi punggung penyu. Seorang Jagawana yang ada tak jauh dari kami hanya bisa tersenyum kecut. Beruntung Feri mengenalnya. Kalau tidak, mungkin kami sudah dibentak-bentak.

Saya dan Feri berhenti melakukan aksi gila tersebut, demi melihat linangan air di mata sang penyu. Sungguh, waktu itu saya mengira si penyu benar-benar sedih.

Beberapa tahun kemudian, ketika saya memilih untuk bergabung di komunitas pencinta alam SWAPENKA, baru saya tahu arti dibalik tangis penyu. Dia menangis bukan karena sedih, melainkan untuk mengusap pasir di seputar kelopak matanya.

Bukan hanya itu, saya juga lebih mengenal dunia penyu. Akan saya persingkat pada spoiler di bawah ini.

7 Jenis Penyu di Dunia :

Dari tujuh jenis penyu yang ada di dunia, enam diantaranya ada di Indonesia.

Dan di pantai Sukamade, ada empat jenis penyu yang tercatat mendarat di sana. Keempatnya adalah penyu hijau (Chelonia mydas), penyu sisik (Eretmochelys imbricata), penyu slengkrah (Lepidochelys olivaceae), dan penyu belimbing (Dermochelys coriaceae).

Penyu yang paling sering mendarat adalah penyu hijau. Sedangkan penyu yang dirindukan kehadirannya adalah penyu jenis belimbing.

Dua jenis penyu lainnya, yang tidak pernah tercatat mendarat di Sukamade adalah penyu tempayan (Caretta Caretta) dan penyu pipih (Natator Depressus).

Satu jenis penyu yang tidak ditemukan di perairan Indonesia adalah jenis penyu Kempi (Lepidochelys Kempii). Penyu ini hanya bisa ditemukan di samudera Atlantik.


Pada 2001, ketika SWAPENKA mengadakan acara trans Bandealit - Sukamade, saya menyempatkan diri untuk singgah di rumah Feri. Oleh Bapaknya, saya dan kawan-kawan dipaksa untuk bermalam di rumahnya yang kecil.

Saat itu saya bersama rombongan besar plus Pak Budi, pemandu kami dari TN Meru Betiri. Secara logika, rumah itu tidak mungkin muat untuk kami. Tapi ternyata saya salah.

Selain jamuan makan malam dan sarapan pagi berlauk ayam kampung, ada satu lagi yang saya ingat. Bahwa itu adalah perjumpaan terakhir antara saya dan Feri. Saya tidak pernah lagi ke Sukamade. Sedangkan Feri, dia terakhir ke Jember tahun 1999 / 2000, saat saya masih bekerja di SPORT Cafe.

Haripun berlalu. Kabar terakhir tentang Feri saya dapat dari seorang sahabat SMA. Kabarnya, Feri bekerja sebagai satpam PT. LDO sejak tahun 2006. Lalu menikah dan dikaruniai seorang putra bernama Kaka.

Hingga pada 22 - 23 September 2012 kemarin (di ultah tamasya band yang ke-lima), saya berkesempatan untuk kembali berkunjung ke Sukamade.

Apakah saya bertemu dengan Feri? Ya, tentu saja. Sangat membahagiakan.

Tidak ada yang berubah dari Feri. Dia masih bersahaja, humoris, dan ceria. Bedanya, sudah sejak 2010 Feri tak lagi bekerja sebagai satpam. Dia dipercaya oleh warga pemukiman Sukamade sebagai KAMITUWO.

Menurut Bapaknya, Feri terlalu muda untuk menjadi Pak Kami (julukan untuk seorang Kamituwo atau Pak Kampung). Tapi saya yakin dia bisa.

Ah, senangnya bisa singgah di rumah Feri. Meskipun listrik hanya ada pada pukul 5 sore hingga 11 malam, dan meskipun sinyal hape hanya ada di beberapa titik (butuh perjuangan dan kesabaran untuk mendapatkan sinyal pantulan yang ketinggiannya kurang dari satu meter ini. Namun jangan khawatir, beberapa tempat yang ada sinyal-nya sudah ditandai oleh warga. Kita hanya tinggal menumpang saja), tapi suasana kedamaiannya sangat terasa.

Desa Sukamade, semoga tetap damai lestari.

Jatuh Mengajarkan Kita Untuk Bangkit

$
0
0
Suatu hari Superman terjatuh. Ada seseorang yang melihat kejadian tersebut. Dia tertegun dengan gurat wajah tak percaya. Lalu dia bertanya pada Superman, "Kenapa anda bisa jatuh?"

Hening. Tak lama kemudian Superman menjawabnya. Singkat saja, dia hanya berkata, "Karena kita harus bangkit.."

Kisah di atas saya dapatkan dari Bob (Bapak mertua saya) ketika kemarin pulang ke rumah Tuban. Beliau bukan hanya mendongengkan penggalan skenario film Superman pada saya. Lebih dari itu, Bob seperti sedang meringkas seribu nasehat dalam satu kisah.

Pribadi yang luar biasa seperti Superman bisa menjadi biasa-biasa saja secara tiba-tiba. Begitu juga sebaliknya. From zero to hero. Setiap orang bisa menjadi pahlawan, tanpa perlu menyebut dirinya pahlawan.

Apakah saya pernah terjatuh? Ya tentu saja. Meskipun saya tak bersayap, ada banyak cara untuk terbang. Beberapa kali saya terjatuh, baik dalam arti yang sebenarnya maupun kiasan. Tapi saya tahu, detik terus berputar tak peduli apakah kita bangkit atau tidak.

Ini sekedar berbagi kisah sederhana saja.

Pada dini hari di tahun 2001, saya mengendarai sepeda bebek dari Jalan Riau - Jember bergerak ke arah pertigaan radio Prosalina FM. Tiba-tiba roda depan sepeda yang saya kendarai berciuman dengan lubang sebesar nampan yang menghias tepi aspal. Alhasil, saya jatuh terjerembab.

Mula-mula yang saya lakukan adalah menikmati rasa sakit (dalam keadaan terkapar), dan berharap ada orang lewat yang akan menolong. Tapi harapan tinggal harapan, saat itu kok ndilalah Jalan Riau sebegitu sepinya.

Ketika kita terjatuh dan tak ada seorangpun yang mengulurkan tangannya untuk kita, saatnya untuk bergerak sendiri. Bangkit, itulah yang saya lakukan.

Seperti yang dikatakan Mbak Niken, orang tenggelam bukan karena tidak bisa berenang tetapi karena dia hanya menetap di situ dan tidak menggerakkan dirinya ke tempat lain.

Dengan tertatih-tatih, saya mencoba meraih sepeda motor. Ketika saya coba untuk men-starter, ternyata tidak berhasil. Tanpa pikir panjang, saya menuntun motor bebek tersebut menuju sekretariat pencinta alam SWAPENKA.

Nyeri, cenut-cenut, cekot-cekot, dan tertatih. Tapi tidak ada pilihan lain kecuali bangkit. Ada saatnya kita menjadi pahlawan bagi diri sendiri.



Tulisan ini diikutsertakan pada Lovely Little Garden's First Give Away

Ketika Senyumanmu Mendamaikan Hatiku

$
0
0
Ini tentang suatu hari, saat aku pertama kali bernyanyi dan tampil di depan publik. Aku katakan padamu bahwa aku hanya pencinta alam biasa dan tak pandai bernyanyi. Suaraku sengau. Aku juga tidak hebat dengan nada-nada tinggi.

Saat itu yang kuingat darimu hanya satu. Kau tersenyum. Seakan-akan hendak berkata, semua akan baik-baik saja.

Ketika pertama kali berjumpa dengan stage panggung yang sebesar kolam renang, aku gugup. Sebentar-sebentar ke belakang panggung. Keringat dingin merambat dari dahi, telapak tangan, hingga ujung kaki. Anyep. Lagi-lagi kau mengeluarkan jurus saktimu. Senyum.

Malam demi malam pun berlalu. Aku mulai terbiasa. Tapi sang waktu sedemikian kejam memutar balikkan hati. Satu persatu dari keluarga tamasya disibukkan oleh kenyataan hidup. Satu persatu mulai berbenah. Ada yang bekerja di luar kota, ada yang menikah, ada yang menghabiskan waktu dengan buah hatinya, dan masih banyak lagi.

Kau tersenyum. Senyummu diikuti oleh senyum-senyum baru. Senyum kawan-kawan pencinta alam yang baru, senyum para seniman dan para penulis belia, senyum tulus dari kawan-kawan luar kota, dan masih banyak lagi senyum yang berdatangan.

Ada yang datang lalu pergi lagi, ada yang pergi namun tetap di hati. Semuanya saling memberi sekuntum cinta. Ah, indahnya keluarga tamasya.

Dan semalam kita berdendang, di anniversary tamasya band yang ke lima. Bersama Tape Ketan Band, dan bersama banyak senyuman. Diantara taburan senyum itu, senyummu masih saja setia hadir.


Lima tahun memang bukan usia yang tua. Tapi siapa yang bisa membayangkan jika tamasya band bisa tetap berkarya sampai saat ini. Kini aku sangat percaya, senyum adalah sumber kekuatan.

Ahaaa.. Satu lagi.

Akhir-akhir ini kita senang menyebutkan nama-nama sahabat blogger setiap kali tamasya live perform. Sepintas terlihat lucu. Tapi kita tahu, doa adalah sumber kekuatan yang lain setelah senyuman.

Para sahabat blogger, terimakasih. Salam Lestari...!

Cara Mencegah dan Menanggulangi Tawuran

$
0
0
Sebelumnya saya mau tanya, apa ada diantara sahabat blogger yang pernah punya pengalaman berada di tengah-tengah tawuran? Jika pertanyaan itu dilemparkan kembali pada saya, maka saya akan menjawab, "Ya, saya pernah".

Saat itu tahun 1992, di kota kecil Jember sedang ada launching Matahari Dept. Store - Johar Plasa. Didatangkanlah Lady Rocker asal kota pahlawan, Ita Purnamasari.

Ketika acara semakin hot, tiba-tiba saya terjebak di tengah-tengah tawuran. Entah apa masalahnya dan entah siapa yang memiliki masalah, saya benar-benar tidak tahu. Yang saya lakukan hanya satu, berusaha mengikuti laju gelombang massa. Itu semua saya lakukan agar saya tidak jatuh dan terinjak-injak.

Itulah pengalaman saya saat berada di tengah-tengah medan perang. Sangat tidak menyenangkan berada di situasi yang seperti itu, apalagi saat itu saya masih sangat bocah.

Pelajaran pertama yang saya dapat dari kisah tersebut, mereka yang ada di medan tawuran bukanlah para jagoan. Berlari, mengikuti arus, memukul, menendang, itu semua hanyalah naluri untuk mempertahankan diri.

Semua terjadi begitu cepat, dan orang-orang di dalamnya tertekan oleh keadaan. Kontrol diri sedemikian mudahnya hangus dan berganti dengan hipnotisme situasi.

Lalu dimana para jagoan berada?

Tidak semua orang terlahir sebagai jagoan (yang seperti itu). Tapi pasti ada saja jagoan di setiap sekolah. Ibarat pepatah lama, setiap hutan memiliki predatornya sendiri. Begitulah, setiap sekolah memiliki jagoannya sendiri.

Bedanya dengan murid lainnya, para jagoan memiliki nyali satu tingkat lebih baik dari murid-murid yang lain. Tapi bukan hanya karena otot dan nyali saja yang membuat mereka pantas menyandang sebutan jagoan. Kontrol diri dan komunikasi (perang argumen) yang baik saat ada tawar menawar (kontrak tawuran) antar sekolah, itu adalah sifat yang dimiliki para petarung.

Siapa yang melahirkan para petarung?

Tidak lain adalah institusi sekolah itu sendiri. Mereka mengajarkan pada setiap anak didiknya untuk mencintai almamater. Belum lagi kaderisasi 'rasa cinta' dari para alumnus. Kita tahu, tidak semua anak didik mampu mempersembahkan kecintaannya pada almamater dengan sesuatu yang bersifat prestasi.

Mari kita tengok kembali arti dari Bhineka Tunggal Ika. Dalam arti yang lain, manusia dilahirkan dengan kemampuan yang tidak sama. Mustahil untuk mengharapkan semua anak berprestasi di bidang pelajaran. Kurikulum yang dipadatkan hanya akan memperburuk masalah. Penghapusan mata pelajaran Pendidikan Moral Pancasila terbukti bukan sebuah solusi.

Cara Mencegah dan Menanggulangi Tawuran

Ada anak didik tertentu yang butuh ruang ekspresi berbeda. Diantaranya adalah para jagoan. Kita tidak bisa menutup mata dengan kenyataan ini. Kita harus lebih arif, tidak menyerang dan menyudutkan mereka. Toh masalah tawuran bukan monopoli jaman sekarang saja.

Solusinya sangat sederhana. Buatkan saja mereka wadah / ruang ekspresi yang seperti itu. Entah itu berupa gala siswa atau ruang-ruang ekspresi yang lain. Sangat banyak kegiatan yang bisa kita contohkan.

Kembali pada para jagoan.

Murid-murid yang seperti ini tidak butuh sosok guru yang killer, apalagi guru yang suka main hakim sendiri saat menghadapi murid yang di-cap nakal. Misalnya dengan memukul. Saya saja tidak suka dengan model pengajar yang main pukul.

Mereka hanya butuh teman. Maka jadilah teman untuk mereka. Sesungguhnya mereka butuh didengarkan, hingga mereka tak lagi berkeluh kesah (corat-coret) pada tembok-tembok kamar mandi dan bangku sekolah.

Ketika sudah ada kedekatan emosional, mereka akan mudah menaruh kepercayaan. Di saat yang seperti itulah kita bisa bicara tentang agama / keyakinan (bahwa keyakinan adalah sumber kekuatan), tentang definisi rasa cinta pada almamater dalam pengertian yang seluas-luasnya. Juga tentang hakekat setia kawan dan harga diri (Harga diri adalah bahasa yang umum di dunia sekolah, untuk mensugesti dan membenarkan apa yang sudah mereka lakukan / tawuran).

Sekilas menengok kurikulum.

Memberi pengertian pada para jagoan itu mudah. Kita hanya harus berkomunikasi setulus mungkin, dari hati ke hati. Yang sulit adalah menaklukkan keangkuhan orang-orang dewasa yang memformat kurikulum. Mereka membuatnya seberat mungkin, seakan sekolah adalah sebuah penjara yang terorganisir. Padahal mereka tahu, sekolah bukan pabrik manusia.

Apa jadinya jika kurikulum yang berat itu diseragamkan dari Sabang sampai Merauke?

Hilangnya otonomi kearifan lokal, itu yang pasti. Lebih parah lagi adalah lahirnya pola pikir baru, bahwa LULUS itu lebih penting ketimbang ilmu yang bermanfaat. Maka lahirlah kasus-kasus joki (bocoran) pada saat UNAS berlangsung. Bukankah itu pemahaman tentang 'mencintai almamater' dengan cara yang juga salah?

Banyak pihak yang tidak siap dengan kurikulum saat ini, tapi mereka pura-pura siap. Tak ada yang bersuara. Semua hanya karena demi menjaga nama baik sekolah mereka sendiri.

Penutup

Hal yang saya celotehkan di atas, semuanya serba sederhana. Seperti yang pernah saya tuliskan di media yang lain berjudul Tawuran dan Logika Sederhana. Sesungguhnya kita hanya butuh mencermati keadaan, menengok kembali kearifan lokal, dan membuat solusi. Bukan dengan sesuatu yang berbelit-belit tapi tidak bisa menuntaskan apa-apa. Yang sederhana saja.

Sedikit Tambahan

Anda tahu aturan main sepak bola dangdut? Biasanya permainan ini ada di beberapa tempat, saat merayakan kemerdekaan (Agustusan).

Ketika mereka sedang seru-serunya bermain bola, tiba-tiba seorang panitia membunyikan musik dangdut. Aturan mainnya, saat terdengar musik, semua pemain harus berjoget. Tidak peduli meskipun anda sudah ada di depan gawang dan siap melesakkan bola.

Nah, tiba-tiba saya punya ide. Bagaimana jika aturan main tawuran dibuat seperti itu? Ini juga berlaku bagi orang-orang dewasa di dunia politik yang sering gontok-gontokan. Sepertinya seru, menghibur dan dijamin tidak ada korban.

Hahaha.. maaf bercanda. Abaikan 'sedikit tambahan' ini. Salam Piss...!


Artikel ini diikutsertakan pada Kontes Unggulan Indonesia Bersatu : Cara Mencegah Dan Menanggulangi Tawuran

Ketika Uang Tak Lagi Berguna

$
0
0
Kota kecil Jember disegarkan oleh datangnya hujan perdana. Hujan yang kehadirannya dirindukan oleh banyak orang. Bukan hanya para petani, saya juga rindu hujan. Meskipun atap rumah masih belum sempurna, dan meski listrik harus padam berkali-kali, tapi saya sangat bahagia.

Hujan tadi sore menyisakan aroma tanah yang khas. Malam ini saya masih bisa menghirup nuansanya. Ah, ini adalah suasana yang pas untuk membuat perapian dan menikmati secangkir kopi buatan Prit.

Saat sedang bersantai, tiba-tiba saya teringat pada kejadian kemarin. Tiba-tiba banyak orang yang mengeluhkan errornya layanan BBM. Ingat juga kejadian tadi sore, di saat listrik sedang byar pet byar pet.

Itu semua membuat pikiran saya melayang pada beberapa pengalaman, ketika saya bergabung dengan tim SAR dan diterjunkan di daerah bencana, di hari-hari pertama.Tanpa akses listrik, belum ada sanitasi air bersih, putusnya jaringan komunikasi, tak ada bahan bakar untuk kendaraan, aroma yang tidak bersahabat, reruntuhan bangunan fisik, korban bencana yang belum dievakuasi, tatapan-tatapan kosong, dan masih banyak lagi.

Itu adalah suasana dimana uang tak lagi berguna. Ketika uang tak lagi berguna, jangan dikira hidup akan menjadi damai tanpa ada kekerasan fisik. Sebaliknya, atau justru semakin parah. Sebungkus nasi bisa saja menjadi alasan terjadinya perang.

Bagaimana jika kita tiba-tiba hidup di situasi yang seperti itu?

Menurut saya, sikap tenang adalah langkah awal untuk menghadapi kekacauan. Baru kemudian memikirkan sesuatu. Setelah itu observasi (mengamati) apa saja yang ada di sekitar kita. Ketiga langkah di atas akan mengantarkan kita pada sebuah kata bernama rencana. Tentang apa yang harus kita lakukan selanjutnya. Tentu saja, segala perencanaan tersebut berkaitan erat dengan apa yang dinamakan survive atau bertahan hidup.

Bertahan Hidup

Belajar bertahan hidup tidak harus menunggu bencana datang, atau menunggu datangnya ledakan inflasi dunia yang mengakibatkan uang tak lagi menarik. Kita bisa memulainya saat ini juga.

Saya ajak anda untuk bicara yang sederhana saja. Manakala anda memelihara beberapa ekor ayam kampung di halaman rumah anda yang sempit, apakah itu bisa dikatakan bertahan hidup? Ya tentu saja. Saya membuktikan sendiri. Ketika dompet saya menunjukkan angka nol rupiah, dan ketika Prit bertanya, "Mas, makan apa kita hari ini?", hari itu saya diselamatkan oleh beberapa butir telur ayam kampung saya yang cantik.

Kita tidak akan mengeluhkan harga cabe yang melambung tinggi, di saat kita telah menanam cabe sendiri di halaman belakang rumah. Hal-hal yang sederhana ini bisalah kita sebut dengan langkah-langkah kecil untuk bertahan hidup.

Survive berbanding lurus dengan kemandirian, dan mandiri adalah pondasi utama yang dibutuhkan jika kita ingin hidup merdeka.

Penutup

Saking enaknya saya menulis di acacicu, saya tidak sadar jika kopi di gelas bening telah sampai pada ampasnya. Reflek saya melemparkan sebuah kalimat manis pada Prit. "Nduk, kopine mase enthek, buatin lagi dooong."

Beberapa detik kemudian saya tertegun. Kenapa saya tidak membuat kopi sendiri ya? Ah, ternyata saya tidak mandiri, dan tidak sepenuhnya merdeka.

Sedikit Lagi..

Melukiskan kata demi kata di suasana yang romantis.Terima kasih kopi hitam, sampaikan salamku pada jemari yang meracikmu, jiahaha..

Nostalgia Surat Menyurat

$
0
0
Kabarnya, hari ini adalah hari surat menyurat sedunia.

Hmmm, setiap kali telinga saya mendengar kata surat menyurat, yang terpikirkan adalah seekor merpati. Atau kalau tidak, bunyi cetak cetek mesin ketik manual.

Meskipun saya bukan seorang filatelis, terpikir juga oleh saya gambaran akan perangko. Atau sepeda motor Pak Pos yang berwarna orange. Atau lirik lagu lawas yang dulu sering Ibu nyanyikan. "Berdebar hatiku.. Trima spucuk suratmu.."

Wah, ternyata surat menyurat menyimpan seribu kenangan. Belum lagi surat ijin membolos sekolah, haha. Ini adalah jenis surat yang membutuhkan sedikit teatrikal di depan orang tua, alias pura-pura sakit.

Ohya, ada lagi yang saya ingat saat mendengar kata surat menyurat. Pas Idul Fitri kemarin, saya dapat kiriman kartu pos dari Mbak Dey. Beberapa hari kemarin, saya juga dapat kiriman amplop kecil dari pemilik blog Monilando. Alangkah indahnya.

Roda jaman bergerak sangat cepat. Dulu orang berkomunikasi (jarak jauh) dengan berkirim salam. Selanjutnya melalui merpati dan ketukan. Media ketukan yang biasa digunakan adalah alat musik tradisional kentongan. Kemudian dikenal jasa kurir dan menjadi sempurna dengan manajemen pos.

Kalau dipikir-pikir, ini adalah metode yang berputar, hanya kemasannya saja yang berbeda. Entah apakah semua ini bisa disebut dengan kemajuan atau kemunduran.

Sekarang kita mengenal transportasi udara, dulu sudah ada manusia yang bisa terbang. Contoh paling populer adalah tokoh pewayangan Gatot Kaca. Jasa pengiriman masa kini dikenal dengan nama paket, dulu sudah ada santet, haha..

Hmmm.. sebelum saya ngelantur lebih jauh, saya tutup saja tulisan suka-suka ini dengan sebuah pertanyaan. Apa yang anda pikirkan ketika mendengar kata surat menyurat?

Mari kita bernostalgia di sini.


Foi Fun!

$
0
0
Menemukan komentar cantik dari perempuan yang juga cantik (Ojob dewe, haha..), pada tulisan Nuran Wibisono yang berjudul, Antara Iwan dan Kopi Itu.

Ini dia komentar cantik yang saya maksud :

Hallo Nuran...
Tulisan ini membuat saya agak kemringet,hahahah...

Kita tidak bisa membuat sebuah kesimpulan yang sepihak tanpa kita mengetahui alasan yang jelas kenapa Iwan Fals menerima iklan komersil, mulai dari sepeda motor sampai kopi.

Kalau saya ditanya, apakah saya kecewa dengan keadaan beliau yang seperti itu?

InsyaAllah tidak, karena IsyaAllah seorang sosok Iwan Fals tentu punya pertimbangan khusus untuk menerima iklan komersil. Dan itu bukan untuk kepentingan beliau sendiri. Karena kebanyakan dana yang didapat itu untuk kepentingan sosial. Karena ada sesuatu yang seringkali tak pernah beliau ungkapkan di depan publik.

Saya lebih kecewa ketika beliau tak lagi berkarya dan menutup diri, setelah Galang meninggal. Itu sangat menyakitkan, hidup tertutup dan tanpa karya. Entah berapa tahun lamanya kontemplasi yang beliau lakukan hingga akhirnya muncul lagi sampai saat ini.

Ah, Nuran..
terlalu panjang komentar ini...
Anggap saja ini adalah sebuah protes dari penggemar Iwan Fals..

Ayo Ngopi... :)

Lalu saya temukan juga jawaban cantik, eh tampan ding, dari seorang Nuran, penulis muda pencinta travelling.

Dan ini dia komentar tampan tersebut :

Hehehe, makasih komentar panjangnya mbak, senang bisa berdiskusi lagi :)

Seorang kawan pecinta U2 --terutama Bono-- pernah kecewa berat dengan U2. Gara-garanya Bono lebih sering mengurus kegiatan sosialnya dan melupakan dunia yang membesarkannya: musik. Kawan itu kecewa bukan karena Bono aktif dalam kegiatan sosial, melainkan karena terlalu sibuk dengan kegiatan sosial sehingga lupa berkarya.

Mungkin itu sama saja dengan Iwan. Saya memang bukan fans berat Iwan, tapi saya begitu menghormatinya, sama seperti saya menghormati Slank. Tapi ketika Iwan --dan juga Slank-- sibuk membintangi iklan dan melupakan dunia musik, saat itulah kritik harus dilayangkan. Aku juga sama sekali tak keberatan Iwan membintangi iklan, tapi ya itu tadi, kekecewaan muncul karena Iwan lupa berkarya. Atau karya yang bagus. Seingatku, dia pernah bikin album baru setaun atau dua tahun lalu.

Ya semoga saja dalam waktu dekat ini Iwan bisa mengeluarkan album baru lagi, album yang berisi musik-musik yang membuat ratusan ribu orang menggemarinya :)

Markingop, mari kita ngopi Mbak :)

Sangaaar koooeeen...! Saya suka perbincangan itu. Salam Foi Fun!

Selamat Hari Lahir Mbak Orin

$
0
0
Jejaring sosial facebook mengabarkan pada saya, bahwa hari ini (12 Oktober 2012) adalah hari lahirnya Rinrin Indrianie atau biasa saya panggil Mbak Orin. Kabarnya, salah satu dosennya mengartikan nama itu sebagai singkatan ORang INdonesia.

Kereeen, saya jadi ingat postingan acacicu sebelum ini. Foi Fun!

Bongkar kebiasaan lama, Orang Indonesia cantik-cantik kayak Mbak Orin :)

Selanjutnya tentang Mbak Orin

Dia kelahiran Bandung, namun sewaktu kecil sudah pindah ke Majalengka, lalu Cirebon, kemudian Jatinangor, dan lalu kemudian kerja di Jakarta.

Kok saya tahu? hehe, barusan saya ngintip di blognya. Pengen ngintip juga? Silahkan berkunjung ke rindrianie dot woredpress dotkom.

Hari lahir sudah kadung identik dengan yang namanya kado atau hadiah. Entah siapa yang memulai gagasan itu, saya tidak tahu.

Tentu saja saya juga ingin memberikan sekotak hadiah pada Mbak Orin. Tapi apa ya? Pengen banget memberikan hadiah berupa helikopter (lengkap dengan helipad-nya), tapi isi dompet saya sedang menjelang maghrib.

Hmmm, bagaimana jika Mbak Orin saya buatkan seribu perahu kertas dalam sehari semalam, sebelum ayam jantan berkokok? Ah, sayang sekali. Tulisan ini tergores di pagi yang cerah, sewaktu mentari bersiap menyentrongkan lentera supernya.

Idenya gagal semua, haha.

Pokoknya selamat hari lahir buat Mbak Orin. Semoga tambah cantik luar dalam, semakin mesra dengan Mas Rahman Apriyanto, dan indah dunia akherat. Amin Ya Robbal Alamin.

Sekelumit Kata Untuk Sahabat

Sahabat, semisal saat ini kau ada di sini, maka kau akan menjumpai pagi yang cerah, cicit prenjak, kopi buatan prit, dan seonggok gitar bolong yang rencananya sebentar lagi akan kupetik.

Sayangnya rumahku ada di tepi jalan. Pagi yang indah akan segera berlalu, berganti dengan suara kendaraan. Jika aku hendak menghadiahi sebuah lagu untukmu, maka sekaranglah saatnya, sebelum suara prenjak semakin jauh dan menghilang.

Baiklah..

Publish, jreng, syalala, dan selamat hari lahir..

Menarik Lebih Lama

$
0
0
Pakde Cholik tidak bohong ketika di salah satu statusnya (di group warung blogger) beliau menggoreskan sederet kalimat pendek.

"Kami bukan awet muda tetapi menarik lebih lamaaaaaaaaa.."

Kalimat tersebut dibuktikan oleh Pakde Cholik, Bunda Yati, Bunda Lahfy, dan Bu Sumiyati Sapriasih, di acara seniora kopdaria.

Hehe, kalimat seniora kopdaria tersebut juga muncul dari seorang senior, Om NH.

Seniora Kopdaria



Menarik lebih lama, saya suka kata-kata itu. Dan saya juga ingin tampil menarik lebih lama lagi. Seperti mereka, orang-orang yang saya sayangi.

Nama Lain Dari Mama Olive

$
0
0
Hembus angin pagi ini..

Kedatangannya tak hanya membungkus dingin. Dia juga membawa sebuah kabar bahagia, bahwa Mama Olive sedang merayakan hari lahirnya yang ke bla bla bla.

Tadinya saya tidak yakin pada angin. Saya katakan padanya, "Ah masa sih? Kamu nggak salah orang tah?" Angin menggeleng mantab, memastikan bahwa kabar yang dibawanya adalah benar. Dia berkata dengan nyeuneu dan tetap keukeuh pada pendiriannya.

"Hai angin, jika memang benar Mama Olive yang kamu maksud adalah sahabat blogger saya, sekarang coba kau sebutkan 5 ciri-ciri Mama Olive."

(Selanjutnya kata 'saya' berganti 'aku')

Dan anginpun menjawabnya..

1. Nama lain dari Mama Olive adalah Jelita.

2. Jelita memiliki seorang putri bernama Olive. Dia cantik dan bersayap. Suatu hari nanti, ketika sayap itu Olive rentangkan lebar-lebar, maka kaldera gunung raung akan berganti warna menjadi lebih cerah. Bukan hanya itu, puncak rengganis argopuro-pun akan bersenandung untuknya.

Sebentar wahai angin, maaf aku memotong ocehanmu. Perihal ucapanmu yang pertama, itu sangat benar sekali. Jelita adalah nama lainnya. Tapi apa maksudmu dengan yang kedua? Kata-katamu tentang sayap sangatlah bersayap.

Angin diam, tersenyum, untuk kemudian berkata, hanya Olive yang bisa melihat sayapnya sendiri. Sayap adalah nama lain dari kecantikan hati, dan Olive memilikinya.

3. Hanya lelaki tangguh yang bisa memiliki selendang di hati Jelita. Lelaki itu bernama PO.

4. PO, Jelita, dan Olive, mereka adalah perpaduan keluarga yang sempurna. Adalah tugasku sebagai utusan Tuhan bernama angin, untuk menerjang mereka sekali waktu. Tapi aku tak mungkin bisa menerjangnya, selama mereka masih memiliki senjata ampuh bernama senyum yang tulus.

5. Jelita masih memiliki satu nama lain lagi. Nama ini membuatku secara naluriah harus menjaganya, karena nama lain dari Jelita adalah η κόρη του ανέμου
 
Nah kawan, itulah 5 ciri-ciri Mama Olive yang tadi kau minta. Aku sudah menyebutkannya. Sekarang mandilah, lalu lekas kau langkahkan kedua kakimu menuju masjid. Selamat Idul Qurban 1433 Hijriyah ya.

Ah angin, aku bahkan belum mengucapkan selamat hari lahir untuk η κόρη του ανέμου ..

Mengaktifkan Fitur Moderasi

$
0
0
Para sahabat blogger, sedari pertama kali saya membuat akun blog acacicu, belum pernah terpikirkan untuk mengaktifkan fitur moderasi komentar. Namun melihat kenyataan yang ada selama beberapa waktu terakhir, saya putuskan untuk mengaktifkan fitur moderasi.

Artikel ini khusus saya tayangkan sebagai permohonan maaf bagi para sahabat, terutama yang kurang 'sreg' dengan sistem moderasi.

Dengan adanya moderasi komentar, otomatis komentar yang anda tuliskan tidak langsung tayang melainkan masih menunggu persetujuan dari admin (saya sendiri). Pengaktifan fitur moderasi juga saya barengi dengan pe-nonaktif-an fitur widget recent comment.

Sebenarnya ada pilihan lain selain mengaktifkan fitur moderasi, yaitu dengan menutup kolom komentar di semua artikel lama (hanya artikel baru yang bisa dikomentari). Dengan kata lain, saya tidak menghidupkan layanan otomatis 'kantong komentar' blogger. Namun saya lebih memilih mengaktifkan fitur moderasi karena saya anggap lebih sesuai dengan kebutuhan.

Mohon maaf dan terima kasih.

Sedikit Tambahan

Permohonan maaf juga saya tujukan untuk kawan-kawan blogger dengan nama ID obat-obatan. Mohon maaf, ratusan komentar anda (beberapa diantaranya double) di tulisan-tulisan lama akan saya hapus karena terbaca spam. Ini juga mengakibatkan komentar yang biasanya tidak terbaca spam, menjadi terbaca spam.

Karena saya melihat berbagai ID tersebut ada di IP yang sama, saran saya, jadikan satu saja dan tetap menggunakan nama salah satu diantaranya. Jadi, anda masih bisa berkomentar di sini.

Salam Persahabatan!
Viewing all 205 articles
Browse latest View live